Yuden Japan

Minggu, 06 Mei 2012

Belajar dari teman


Hampir sebagian besar teman-teman saya suka atau lebih tepatnya nyaman untuk bercerita tentang kehidupannya kepada saya, entah apa alasannya sayapun tak mengerti mengapa mereka begitu percaya kepada saya.

Saya sering mendengarkan curahan hati dari beberapa teman yang telah menikah dan menjadi ibu rumah tangga. Tidak hanya satu atau dua orang saja namun lebih dari lima orang. Hampir semua dari teman-teman saya merasakan kebosanan dalam menjalani kodratnya sebagai seorang wanita ( menjadi ibu rumah tangga ). Dan puncak dari curahan mereka, selalu diakhiri dengan sebuah kalimat “Kalau ada lowongan pekerjaan tolong kabari ya….”

Saya mengerti yang dirasakan oleh teman-teman saya tersebut, apalagi, sebagian dari mereka sebelumnya ( ketika lajang ) adalah wanita karir. Mereka bisa berkarya dan mempunyai penghasilan yang lebih dari cukup untuk memenuhi semua kebutuhannya.
Keadaan menjadi seorang ibu rumah tangga seakan-akan menjadi sebuah kondisi yang tak pernah diinginkannya.

Mereka beranggapan bahwa kehidupan yang saya jalani lebih menyenangkan dari pada kehidupan mereka. Pekerjaan yang mapan, penghasilan tetap, kendaraan pribadi, bisa mengunjungi beberapa kota ketika ada tugas dari tempat bekerja, dll. MasyaAllah… Padahal mereka tak pernah tahu, bahwa semua kegiatan dan kesibukan ini saya lakukan karena semata-mata untuk menepis waktu luang yang terkadang menciptakan rongga iri dan cemburu atas kehidupan teman-teman yang semuanya telah menikah dengan rumah tangga harmonis yang menurut saya tak semua orang mempunyai kesempatan untuk menikmati rahmat Itu.

Kini, akhirnya saya bisa mengerti, memahami bahwa setiap manusia mempunyai tingkat kebahagian tersendiri dalam menikmati hidup ini. Dan Allah lah yang paling tahu dan teramat sangat mengerti, nikmat mana yang paling dibutuhkan umatNYA untuk menciptakan seulas senyum di wajahnya. Bukankah setiap manusia memang akan diuji dengan apa yang dipilihnya dalam menjalani hidup ini. Yang belum saya mengerti sampai detik ini adalah, sedahsyat apakah ujian terhadap pilihan itu, hingga dapat mempengaruhi dan merubah keyakinan sesorang  yang semula diyakininya dengan teguh.

Apapun yang terjadi dalam sebuah rumah tangga, semoga itu hanyalah ombak kecil keimanan yang diciptakan oleh angin kasih sayang untuk mengantarkan biduk rumah tangga menuju dermaga kebahagian.

Namun, terkadang saya pun merasakan takut yang menghantui pikiran saya tentang hari esok. Apakah saya sanggup menjalani sebuah pekerjaan sebagai “Ibu rumah tangga” dalam keluarga saya kelak?
Mampukah saya untuk TIDAK merindukan nikmatnya secangkir minuman hangat di pagi hari yang diteguk didalam dinginnya ruangan berAC diringi alunan musik komputer.

Bisakah saya untuk tidak merindukan senyum yang terukir ketika terselip kepuasan dalam suksesnya menyampaikan sosialisasi atau presentasi.
Dapatkah saya untuk tidak merindukan irama tuts keyboard dan deritan suara kertas yang keluar dari printer
Sanggupkah saya melepas semua yang telah saya lalui bertahun-tahun demi sebuah gelar “Ibu rumah tangga”???

Astaghfirullah…. Susah payah rasanya menghalau pertanyaan-pertanyaan yang kehadirannya tanpa saya sadari ini. Air mata mencair menahan laju pertanyaan agar tidak terus meraja lela dan akhirnya mengajak saya menjadi sosok yang tidak mampu bersyukur. Bukankah kelak penghuni neraka akan banyak dihuni oleh wanita yang tidak mampu bersyukur terhadap kehidupan dalam rumah tangganya sendiri?
Astaghfirullahal Adziim.

 “Sesungguhnya Allah tidak akan melihat kepada seorang wanita yang tidak bersyukur kepada suaminya dan dia selalu menuntut (tidak pernah merasa cukup).” (HR. AN Nasa-i, Al Hakim)

Ya Rabb,, Siapapun yang akan Engkau jadikan sebagai Imam hamba dalam rumah tangga kelak, Ajari hamba untuk bisa bersabar dan ridha atas qadha’ dan qadar yang telah ENGKAU tentukan untuk hamba. Bantu hamba agar bisa meyakini bahwa semua itu ada hikmah indah yang ENGKAU selipkan.
Rabb…. Apapun dan bagaimanapun keadaan rumah tangga hamba kelak maka jadikanlah hamba sebagai seorang istri dan ibu yang sabar, ikhlas dan syukur dalam menjalaninya..
Amin Ya Robbal’alamin….


“Apabila seorang wanita mengerjakan shalat lima waktu, berpuasa di bulan Ramadhan, menjaga kemaluannya, menjaga kehormatannya dan dia taat kepada suaminya, niscaya ia akan masuk syurga dari pintu surga mana saja yang dia kehendaki.” (HR. Ibnu Hibban, dari sahabat Abu Hurairah)



^_____ Belajar mensyukuri setiap episode yang KAU tulis untuk hamba_____^



*Yuden Japan*

0 komentar:

Posting Komentar